Semua umat
Islam di dunia ini pasti mengenal Asmaul Husna, atau nama-nama baik Allah.
Allah mempunyai 99 nama baik yang harus diyakini oleh umat muslim. Beberapa
nama baik tersebut yaitu Allah maha melihat dan Allah maha Mendengar, Allah
maha mengetahui. Dari nama baik tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Allah
tidak pernah tidur karena Dia Allah selalu mendengar apa yang dibicarakan
sekalipun di dalam hati, melihat apa yang dilakukan sekalipun sendirian tanpa
ada orang satupun yang melihat, dan mengetahui apa yang dirasakan oleh
seseorang.
Dengan
meyakini Asmaul Husna tersebut seharusnya dalam melakukan sebuah tindakkan
sesorang harus melandaskan kepada sebuah kebaikan, bukan keburukan karena Allah
selalu melihat, mendengar dan mengetahui apa yang dilakukan. Jika pedoman
tersebut di imani maka akan banyak permasalahan di negeri ini dapat di atasi.
Seseorang yang meyakini bahwa Allah maha melihat tidak akan melakukan tindakan
pencurian. Koruptor akan berhenti melakukan korupsi jika meyakini Allah maha
melihat, maha mendengar dan maha mengetahui dan maha mengetahui. Itu sejatinya
ajaran agama, selalu melakukan kebaika, bukannya melakukan kegiatan yang
merusak dan bahkan merugikan orang lain.
Hal-hal
yang negatif yang terjadi sebenarnya adalah salah pengartian yang dilakukan
oleh seseorang. Ada Asmaul Husna yang berarti Allah maha bijaksana, dan Allah
maha memaafkan. Ini sering dipakai untuk dijadikan alasan melakukan hal-hal
negatif oleh seseorang. Misalnya saja saat bulan ramadhan seperti ini banyak
orang yang tidak menjalankan puasa, padahal pada bulan ramadhan puasa itu wajib
hukumnya bagi yang mampu. Mampu di sini diartikan sehat, tidak ada hal yang
menghalanginya untuk melakukan puasa. Orang yang tidak melakukan puasa di bulan
ramadhan ini ada yang beralasan bahwa sedang melakukan perjalanan jauh, memang
orang yang melakukan perjalanan jauh diperbolehkan untuk tidak puasa. Tapi ini
perjalanannya tidak begitu jauh hanya alassan saja untuk tidak melakukan puasa.
Kemudian alasan pekerjaan yang berat, kemudian beralasan lagi sedang sakit,
padahal hanya sakit ringan yang tidak mengganggu puasa. Hal kecil saja dapat
digunakan sebagai alasan untuk tidak melakukan puasa. Mereka yang seperti ini
menerapkan prinsip Allah tahu ko!, toh lagian Allah kan maha bijaksana, pasti
memahami dan memaafkan perbuatannya tidak berpuasa tersebut.
Prinsip
“Allah tahu ko!” inilah yang kurang tepat untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Prinsip ini sering kali dijadikan alasan pembenaran untuk sebuah
kesalahan. Sejatinya prinsip ini dijadikan dasar atas tidak dapat dilakukannya
kewajiban terhadap Allah karena seseuatu hal, misalnya perjalanan jauh dan
memakan waktu yang lama maka diperbolehkan untuk berbuka pada saat itu, tetapi
menggantinya di lain waktu. Contoh lain yaitu saat perjalanan jauh sholat dapat
digabung atau bahkan digabung sekaligus diringkas jumlah rakaatnya. Allah
mempermudah dalam melakukan ibadah tetapi kewajiban ibadah tersebut tidak boleh
ditinggalkan. Misalnya saja seseorang belum sholat ashar tetapi jadwal kereta
berangkat pukul 15.00 dan sampai di tempat tujian pukul 18.00 yang sudah masuk
waktu magrib. Orang tersebut dapat saja menggabung sholat asharnya dengan
sholat dhuzur sebelum dia berangkat, atau dapat juga sholat di kereta dengan
berwudhu secara tayamum, tetapi orang ini meninggalkan sholat ashar dengan
menggunakan prinsip “Allah tahu ko!” saya sedang melakukan perjalanan. Nah
inilah hal yang salah dan tidak boleh untuk ditiru.
Untuk
mengatasi hal negatif tersebut atau minimal mengurangi hal negatif dari prinsip
“Allah tahu ko!” harus ada prinsip lagi yang melawan prinsip tersebut yaitu
prinsip “Allah tahu lho!”. Prinsip “Allah tahu lho!” ini dapat mengerem dan
mengendalikan orang yang akan berbuat jahat atau berbuat maksiat. Melalui
keyakinan terhadap prinsip “Allah tahu lho!” ini orang yang akan melakukan
seuatu perbuatan negatif akan selalu merasa diawasi oleh Allah, sekalipun tidak
ada orang yang melihat, tetapi merasa bahwa Allah selalu mengawasinya. Dengan
adanya pengawasan yang terus menerus seseorang akan melakukan perbuatan yang
baik, sebab orang tersebut juga meyakini jika melakukan hal yang buruk, jahat,
maksiat maka akan diberi balasan keburukan atau sering disebut dosa oleh kebanyakan
orang.
Prinsip “Allah tahu ko!” juga tidak selamanya jelek, prinsip
ini dapat digunakan bilak dalam perjalanan jauh dan sesorang menggabung dan
menyingkat sholatnya, kemudian tidak berpuasa pada bulan Ramadhan dan
menggantinya pada hari lain di luar bulan Ramadhan. Bila prinsip ini tidak
digunakan maka ibadah terhadap Allah akan terasa semakin berat. Padahal Allah
tidak memberatkan kaumnya dalam urusan beribadah kapada-Nya. Prinsip “Allah
tahu lho!” juga tidak selamanya baik, bila prinsip ini menjadikan seseorang
mengutamakan ibadah kepada Allah saja dan melupakan hubungan dengan orang lain
atau masyarakat maka prinsip ini dapat menjadi jelek. Jadi kedua prinsip ini
dapat digunakan untuk hal baik dan buruk, positif dan negatif, tinggal
bagaimana caranya seseorang menempatkan prinsip tersebut. Ya walaupun
sebenarnya prinsip “Allah tahu lho!” lebih banyak manfaatnya daripada prinsip
“Allah tahu ko!”. Ya setidaknya marilah belajar bijaksana dengan mencoba
memahami sebelum memarahi, menghakimi, mengata-ngatai dan yang paling penting
yaitu jangan sekali-kali meninggalkan kewajiban.
"TIDAK AKAN BERKURANG SEDIKIT PUN HARTA YANG KITA SEDEKAHKAN DENGAN IKLAS KARENA ALLOH MELAINKAN AKAN TERUS BERTAMBAH DAN BERTAMBAH, ALLOH AKAN MENGGATINYA DENGAN BERLIPAT-LIPAT GANDA" Termakasih Alloh SWT & Terimakasih Muhammad SAW Terimakasih Ustad Yusuf Mansur
0 komentar:
Posting Komentar