Case 2
Masih dalam adegan
yang sama, kejadian yang sama, dan situasi yang sama dengan Case 1. Case 2 ini
hanya ingin menambahkan, bahwa ternyata amplop yang diberikan ke anak yatim
tersebut “tdak kosong”. Melainkan ia “berisi”.
Tentu saja bukan berisi 100rb. Sebab
itu nah sudah terang bahwa amplop itu berisi 100rb. Cuma, amplop itu tampa
nama. Hanya bertuliskan “hamba Alloh”. Ada sih “isi”nya yang lain selain uang
100rb danbubuhan nama: Hamba Alooh. Yakni bubuhan doa: “semoga ananda diberikan kesembuhan, dan ibu memiliki keberkahan
memelihara anak yatim”. Tapi amplop
ini “sepi” dari kepentingan pribadi. Kosong dari kepentingan pribadi.
Nah, di Case 2 ini, ada seorang
anak muda, yang bergaya sedekah sama. Sama-sama tersembunyi.
Sekedar mengulang Case 1, di
Case 1 dulu, sipemberi sedekah benar-benar mengosongkan sedekahnya hanya untuk
Alloh semata. Bahkan tidak ada permintaan apa pun kepada yang diberinya. Tidak ada.
Ia hanya menambahkan amalnya dengan amalan doa. Ya, ia mendoakan anak yatim dan
si ibu tersebut. Agar anak yatim tersebut dan si ibunya mendapatkan berkah
sebab dirumah tersebut terdapat anak yatimnya.
Namun anak muda di Case 2 ini
berbeda. Anak muda pemberi sedekah ini menambahkan kalimat akhir di amplop
tersebut: “...Mohon doa, agar Alloh
berikan saya rezeqi yang banyak yang barokah, dan agar Alloh mengabulkan hajat
saya.”
Masih tampa
nama. Hanya tertulis: “Hamba Alloh”.
................................
Terasa mulai ada satu pamrih ya?
Minta didoakan oleh sipenerima sedekah.
Atau saudara mengatakan, yang
beginian mah disebutnya bukan pamrih atuh. Sebut saja denangan: minta doa. Ya,
minta doa dari si yatim dan ibunya. Toh, minta doa itu kan tidak salah. Bukan sesuatu
yang pamrih. Malah kebaikan adanya.
Betul loh, minta doa itu adalah ibadah juga. Bahkan ibadah
berganda. Ketika kita minta doa, maka itu akan membuat orang lain mendoakan
kita. Itu kan sama saja dengan memberi peluang orang untuk mendoakan orang
lain. Dan ketika meminta doa, ada pahala silaturahim juga.
Sebagianya lagi berpendapat,
minta doa mah, gak kudu ngasih juga gak apa-apa. Barangkali demikian salah satu
dari pendapat kita semua, ya kan?. “Cuma, gak enak saja,” timpal mungkin yang
lain. Masa minta doa tampa memberi
sesuatu? Kalau kita bawa tentengan buat siyatim, bisa nyenengin hatinya loh,
rasanya siyatim pun begitu dimintain doa jadi tambah enteng dan ikhlas.
Tetap terlihat pamrih ya?
Enggak ah.
Ya terserah saja. Cuma,
pertanyaanya, apakah saudara tega mengatakan si anak muda tipe kedua ini adalah
orang yang tidak ikhlas? “hanya” karena dia minta doa dari yang diberinya
sedekah? Tega? Atau saudara malah mengatakan, insya Alloh anak muda ini tetap
ikhlas. Permintaan sedekahnya tidak
menjadikan keikhlasanya menjadi cacat. Nah, buat yang ridak melarang anak
mudaini meminta doa, dan tetap dikatakan ikhlas, lalu ikhlas yang mana yang
akan anda pilih? Ikhlas yang dicase pertama? Atau yang dicase yang kedua? Ikhlas
yang dicase kedua mulai bertaburan lebih banyak pahala loh. Jika yang dicase
pertama dapat pahala sedekah dan mendoakan yang diberi. Maka di case kedua si
anak muda dapat pahala tambahan lagi, yakni pahala meminta doa dan pahala dari
yang mendoakan sebab ada permintaan didoakan.
Dalam hubungannya dengan Alloh,
memnita adalah sesuatu yang bukan hanya saja dilarang, tapi juga malah disuruh,
dianjurkan, dan menjadi ibadah. Karena itu, mestinya sedekah tidak boleh
menghalangi seseorang dari meminta. Sebagaiman sholat dan atau amal soleh
lainya yang malah menjadi penambah faktor doa dikabuklkan. Jika doa itu
dilayangkan sehabis mengerjakan amal soleh.
Dan jika sedekah malah
menjadikan seseorang tidak boleh berharap ma Alloh, apakah ia boleh kemudian memilih tidak
bersedekah saja? Sebab sedekahnya malah menghalanginya meminta sama Alloh?
Ikuti Case Case selanjutnya ya
....
Heheheheehhee...
BOLEH GAK SIH
NGAREP?
Belajar Tentang
Sedekah
0 komentar:
Posting Komentar